Disclaimer: I found this writing online (on AskFm, to be exact), and I think it's very intriguing thanks to the original writer, a guy with the username PalakieNevermore.
Cinta itu hewani. Prinsip dasarnya sama-sama dijajah oleh hormon: dopamin, oksitosin, serotonin, norepinefrin, dan lain-lain. Bagaimana kita mempersepsikan serangan hormon-hormon itulah yang mendefinisikan perasaan yang kita punya.
Toh, hormon yang mengatur kecemasan dan kegembiraan sebelum naik roller coaster adalah hormon yang sama: sama-sama membuat deg-degan, memicu adrenalin, dan sebagainya. Hanya saja, persepsi satu akan membuatmu cemas dan takut, sedangkan yang lainnya akan membuatmu tak sabar ingin menerjang angin dan bersenang-senang. Dikotomi inilah yang membuat "awe" bisa jadi "awesome" atau "awful", atau membuat "terr" menjadi "terrible" atau "terrific".
Hormon yang membuat kamu sange, yang membuat kamu ingin memeluk ibumu, yang membuat kamu ingin menikmati hari berdua dengannya, yang membuat kamu ingin menggendong adik bayimu, yang membuat kamu ingin menggenjot doi keras-keras, yang membuat kamu bilang "Aku cinta kamu" ke berbagai macam orang yang berbeda, adalah hormon yang sama. Interpretasimu terhadap terjangan hormon-hormon inilah yang menentukan apakah kehangatan tersebut tanda kamu sange terhadap ayahmu, atau cinta; apakah kamu cinta pasanganmu, atau sange.
Sistem saraf saja hanya ada dua mode: simpatetik dan parasimpatetik. Hormon-hormon yang mengatur perasaanmu hanya itu-itu saja. Kita sama seperti binatang lain; kita dijajah hormon yang sama. Yang membedakan adalah: manusia punya kemampuan interpretasi yang jauh lebih kompleks mengenai situasi hormon tubuh.
-
Justru, yang membedakan manusia dari binatang lain adalah:
1. Adanya budaya dalam perilaku kita, yang meliputi kemampuan kita untuk menciptakan dan mengapresiasi seni di luar konteks beranak-pinak;
2. Kemampuan manusia mentransfer ilmu secara "memetic" ketimbang "genetik". Hanya manusia yang dapat mentransfer ilmu kepada sesamanya tanpa dorongan seleksi alam. Monyet, misalnya, hanya bisa mengakumulasi ilmu pribadi dalam mencari rayap. Dia bisa sangat jago dalam mencari rayap, tetapi tidak bisa mengakumulasi ilmu mencari rayap tersebut secara kolektif agar satu komunitas monyet bisa beternak rayap dan membuat korporasi ternak rayap, karena
3. Hanya manusia yang mempunyai kemampuan untuk menyadari bahwa ia tidak sendiri dalam pikirannya. Hanya manusia yang bisa berpikir bahwa meskipun ia bisa main gaplek, belum tentu manusia lain bisa. Binatang terpintar setelah manusia tidak punya kemampuan ini, dan kalau ia pandai main gaplek, ia akan berasumsi bahwa yang lain akan main gaplek sepandai dirinya.
Poin satu menekankan seni dan budaya. Poin dua menekankan ilmu. Poin tiga menekankan kemampuan manusia untuk berempati terhadap manusia lain, yang berujung kepada kemanusiaan. Inilah yang membedakan manusia dari binatang lain, bukan cinta. Dan inilah yang hendaknya mengisi hatimu, karena cinta membuktikan bahwa kamu hidup, tetapi seni, ilmu, budaya, dan kemanusiaan adalah yang membuktikan bahwa kamu manusia.
0 Comments