Entah mengapa Ibu, Bogor jadi sering menggodaku akhir-akhir ini. Bising lalu lintas yang menyaru dengan gemercik di aspal jalan membuat semrawut isi kepalaku makin kusut rasanya.
Kudengar Bogor berbisik, "Apa kamu tidak rindu?"
Abang Gojek tampaknya tidak peduli. Aku menggeleng sambil memegangi bagian bawah ponco lima-ribuanku yang terbang-terbang ditiup angin.
Bogor tersenyum padaku lewat lukisan lampu kendaraan pada genangan air. Ia tahu betul aku berbohong. Tentu aku rindu, siapa yang tidak?
Aduh Ibu, mengapa aku tidak bisa melukis, padahal Bogor tiba-tiba saja jadi demikian romantis malam ini.
0 Comments