Berpapasan denganmu, aku selalu bingung harus apa. Melihat tanda-tanda kedatanganmu dari jauh, rasanya aku jadi bodoh tiba-tiba. Kalap. Kelabakan. Haruskah aku melempar senyum? Haruskah aku sok akrab dan menyapamu lantang?
Toh pada kenyataannya, kita memang tidak akrab.
Jadi kali ini, aku memutuskan berpura-pura tak melihatmu dan berjalan lurus ke depan.
Lagi, lagi, dan lagi.
Hingga nampaknya, lambat laun kamu terbiasa dengan hal itu.
Benar, bukan?
Atau tidak?
Ah, persetan. Jika saja aku bisa membaca baris-baris kalimat di dalam kepalamu.
0 Comments