Ibu, terimakasih untuk tidak pernah menyerah akan anakmu, dengan bekerja tanpa henti, memutar otak, mencari solusi yang setipis jarum pada celah-celah tumpuk jerami.
Terimakasih selalu pasang badan untuk semua masalahku, memberiku rasa aman yang jika kuingat, ingin sekali kumasukkan dalam botol agar bisa kuhirup, kuteguk kapan dan dimana saja di dunia ini.
Terimakasih sudah begitu sabar menghadapi aku yang begini keras kepala, membantah tanpa arah sampai membuatmu menitikkan air mata.
Terimakasih karena bersedia menjadi musuh yang tangguh untuk takdir. Mengingat bagaimana kondisi kita dulu, kerap terpikir jika rumah kita kini masih ada di mimpi dengan kulkas dan berbagai perkakas yang menurutku mewah.
Terimakasih pada setiap kata yang kau eja satu persatu, kau ulang lembut setiap kali aku bertanya tentang hal yang sama lagi dan lagi, sebagai guru yang tanpa jemu mendulang ilmu untuk aku, dari dulu.
Terimakasih karena selalu menghargai keputusanku, meskipun aku tau terkadang mungkin ada memar di hatimu karenanya, terimakasih karena mempercayai setiap langkah yang kuambil, setiap loncatan yang kupijak.
Terimakasih sudah menjadi pemberi pelukan ternyaman di dunia, yang kadang membuatku enggan menatap wajahmu pada setiap momen dimana aku harus pamit, begitu banyak cinta yang menjelma menjadi garis-garis halus di bawah matamu.
Ibu, tetaplah sehat. Ijinkan aku membuatmu menatapku dengan bangga.
0 Comments