Di sekelilingku ada tembok berwarna putih
Begitu tebalnya hingga harum embun tak bisa kucium,
Begitu tingginya hingga guruh dan kilat tak bisa kulihat
Tapi bingar di luar sana; orang-orang membual tentang angan atau kenangan
Tertawa keras-keras sampai habis napas
Saling menggoda mumpung masih muda
Kemudian senyap.
Tinggal sebentuk tembok putih yang menggaungkan namaku dan bertanya dengan bisu
Gila, gila!
Hampir gila aku
Kulempari si tembok dengan bebatu, namun mereka menguap lenyap
Aku teriak, aku terisak
Namun lagi senyap
Karena huru-hara di udara dan gaduh yang mengaduh luruh menjauh
Dan aku ada, namun hanya di jantung kata-kata.
Bogor, 3 June 2018
0 Comments