Aku Pernah


Aku pernah mencintaimu begitu dalam
Seperti bola mata nan garang
menelanjangi rekah kembang untuk lensa yang nyalang
Atau bibir yang gandrung berkata benar
tapi lama-lama dibungkam nanar
Atau senandung tak berujung dari jantung
dalam tubuh yang tak sudi mencerna kidung

Aku pernah mencintaimu begitu
Sampai pohon-pohon jambu merunduk
dan bocah girang memunguti lunaknya
Sampai cermin di lemari merajuk
karena tak kenal orang asing di seberang sana

Aku pernah mencintaimu
Namun awan ditelan ribuan maaf, ratusan semoga, 
dan satu kesan yang lalu jadi hujan

Aku pernah
Namun tidak kini, tidak nanti, tidak lagi.
Sumenep, 31 Juli 2018.

0 Comments