By : Phoenix
Aku duduk terpaku.
Memandangi seberkas, hmm.. dua berkas kilatan cahaya di hadapanku.
Membiarkan pancaran sinar itu merasukiku dan menghangatkan jiwaku yang dingin.
Mata sembabku mendongak. Mengalihkan pandangan menuju langit yang kelam dan mendung. Pikiranku menerawang jauh ke masa lalu.
Flashback :
I can see you, if you’re not with me
I can say to myself, if you’re okay
I can feel you, if you’re not with me
I can reach you myself, you show me the way
Terngiang suara merdu Jim dengan lantunan gitarnya dalam benakku. Masa lalu. Ya. Masa lalu yang indah.
Seuntai senyum tergurat pada wajah sayuku.
Masa lalu, Masa lalu yang indah.
Masa lalu yang tak mungkin kuulang.
Masa lalu yang membuatku dihantui rasa bersalah.
Saat Jim selalu di sampingku dan membisikkan lagu itu padaku.
Saat jim selalu berkirban untukku.
Flashback end.
Kutatap lamat-lamat rangkaian huruf di padang itu. Entah, hanya halusinasi atau memang realita.
A… K… U…
Aku, yang lemah.
Aku, yang sering meneteskan air mata.
Aku, yang selalu menyesal.
Aku, yang kini dihantui rasa bersalah.
Aku, yang memalingkan diri dari pintumu yang senantiasa tebuka untukku.
Aku, yang bersandiwara di balik senyum palsuku.
Aku, kini… hampa.
Flashback :
(Di kantin, hari ulang tahunku, 10.00 a.m)
“ Milikmu, Re.. “ Ucap Sean seraya memberikan sebuah syal kepadaku. “Oh ya, terimakasih…” Jawabku. “Boleh aku duduk di sini ?” Tanya Sean. “Silahkan,” Jawabku singkat. “Hmmm… Happy Birthday, Re.. “ Lanjutnya. Bingkisan biru muda itu pun berpindah tangan. “Terima kasih…” “ Ujarku dengan susah payah mengucapkannya sedatar mungkin. “Ya, bye .. “ Sambungnya lalu melenggang keluar. Meninggalkanku yang masih termangu.
Flashback end.
Sakit..
Sakit disini.. Kusentuh bagian yang sakit itu.
Hati.
Sakit saat sang waktu mengajakku ke masa lalu dan memutar ulang segalanya.
Tungkaiku lemas. Aku menjatuhkan diri. Jemariku mencabik rumput di padang, padang yang bahkan aku pun tak tau namanya. Ingin ku teriakkan segala asa pada diri ini. Air mataku pun tak sanggup lagi menetes. Mungkin telah kering.
K… I… T… A…
Kita,
Gabungan dari AKU dan KAMU.
Gabungan dari Re dan Jim.
Kita,
4 huruf yang menginginkan kata SETIA.
Kita,
4 huruf yang tak mengizinkan adanya kata DIA.
Kita,
Sebuah kata yang kini terpisah dalam lautan angan.
Kita,
Sebuah kata yang senantiasa meminta untuk dipersatukan kembali.
Flashback :
(Di Jembatan, Tengah malam)
Mengapa kami harus menjadi satu kelompok di tugas astronomi ini ? Mengamati bintang di jembatan tengah malam ? WOW !
“Cepat bereskan, sudah tengah malam, I have bad feeling !” Ucapku pada Jim dan Sean. Mereka pun membawa tripod, teleskop, dan notebook putihku. Baru tiga langkah berjalan, sekumpulan bayangan hitam mengepung kami. Hmmm… Perampok, tentu. Peralatan kami terlihat cukup mewah. Kami hanya anak kecil. Kami hanya bertiga. Dan ini tengah malam. PERFECT !!
“Serahkan hartamu, cepat !!” Pekik salah satu dari mereka. Jim menolak. Ia mendorong tubuhku ke belakang tubuhnya. Melihat perlawanan ini, para perampok itu menarik pelatuknya bersamaan dan mengarahkannya pada Jim. Seketika, Jim pun tersungkur dan bersimbah darah.
Dia mati tepat di depan mataku. Aku menjerit. Menangis terisak. Meminta jasad Jim untuk bangkit. Lalu terdengar lagi suara mengerikan itu. “Sean…” Gumamku. Aku menoleh. Sean melindungiku saat aku duduk menangisi Jim. Kini Ia pun terbaring di samping Jim. Bersimbah darah.
Kepalaku pening.
Dunia yang tadinya cerah perlahan menggelap dan akhirnya gulita seutuhnya.
Flashback end.
Kenangan yang menyakitkan itu lagi-lagi bangkit.
Aku menyerah. Bersimpuh.
D… I… A…
Dia, sebuah kata yang tersirat dalam AKU dan KAMU.
Dia, seseorang yang muncul dalam bunga tidurku.
Dia, yang selalu mencuri-curi waktu lelapku untuknya.
Dia, yang selalu membuatku dihantui rasa bersalah.
Dia, yang membuatku perlahan memnghapus kata KITA.
Dia, yang lamat-lamat mengisi kejenuhan panggungku.
Dia, yang takkan pernah menggenggam tangan ini.
Dia, yang kini terpisah oleh jurang mimpiku.
Aku duduk terpaku.
Memandangi seberkas, hmm.. dua berkas kilatan cahaya di hadapanku. Bayang Jim dan Sean.
Aku bangkit dan berlari menyusul mereka. Menuju alam damai di atas sana.
Karena ini kisahku,
Aku,
Dia,
Kita.
0 Comments